Setiap kali membuat keputusan, ada masanya gue akan mulai ragu dan bertanya-tanya.
"Apa keputusan yang gue buat udah tepat atau belum ya?"
Jujur ini ganggu banget sih. Apalagi kalo gue udah mulai mengeksekusi keputusan yang gue buat.
Beruntung kalau jawabannya udah tepat. Tapi, kalo jawabannya gak, otomatis usaha gue selama ini sia-sia.
Di newsletter ini gue bahas:
5 Indikator keputusan yang salah
Solusi mencegah keputusan yang salah
Supaya gak ragu-ragu, biasanya sebelum membuat keputusan, gue akan mengevaluasi dengan 5 indikator ini.
Tapi tentunya kita gak akan memakai indikator ini untuk semua keputusan yang kita buat.
Karena rata-rata, orang dewasa membuat sekitar 35.000 keputusan sadar setiap hari. Jadi akan sangat menghabiskan waktu, kalau semua keputusan disaring pakai indikator ini.
Saran gue pakai indikator ini ketika lo membuat keputusan besar dan dampaknya jangka panjang. Contohnya:
Galau dalam menentukan langkah selanjutnya di karir
Belum yakin mau menikah dengan pasangan lo
Mau membeli rumah atau investasi dalam jumlah besar
5 Tanda Keputusan Kita Salah
1. Gak sejalan dengan nilai-nilai yang lo percaya
Coba list apa value yang lo yakini. Sebenarnya cukup dengan 3-5 value utama dalam hidup.
Value ini berkaitan dengan gimana cara lo bekerja, gimana cara lo berinteraksi dengan orang lain, apa visi-misi dalam hidup lo.
Sebagai contoh, ini 4 value utama yang gue percaya dalam hidup.
Integrity
Gak nge klaim karya orang lain
Gak memanfaatkan kesengsaraan orang
Mengupayakan win-win solution
Openness
Embrace kemungkinan-kemungkinan baru
Berani menyampaikan pendapat
Mau dan terbuka untuk jadi vulnerable (ke beberapa orang)
Excellence
Fokus membuat progress
Menerima kegagalan
Merayakan keberhasilan
Compassion
Percaya, sampai terbukti sebaliknya
Menolong orang lain
Go above and beyond untuk bantu orang-orang terdekat
Setiap membuat keputusan besar, gue akan mengevaluasi, apakah keputusan itu udah sejalan atau belum dengan value-value ini.
Kalau malah bertentangan sama value itu, maka gue akan coret alternatif keputusan tersebut.
2. Konsekuensinya gak bisa lo terima
Gue mau mengenalkan konsep trade off. Di mana ketika kita membuat suatu keputusan, ada hal yang harus dikorbankan.
Contohnya, ketika dalam berkarir kita memutuskan untuk lanjut S2. Maka trade off nya adalah kita mungkin perlu resign dari kerjaan biar fokus S2 atau bisa tetap kerja tetapi mengorbankan family time.
Jadi setiap kali membuat keputusan, gue selalu bertanya, apa trade off nya? Apa gue bisa menerima konsekuensi tersebut?
Ketika gue gak bisa menerima konsekuensi tersebut, berarti itu keputusan yang buruk meskipun terlihat menjanjikan.
3. Menutupi sebagian informasi
Setiap kali gue membuat keputusan besar, gue akan diskusi sama pasangan, keluarga, teman atau orang terdekat yang gue percaya.
Alasannya adalah karena kemungkinan besar mereka akan mendapat impact entah besar atau kecil terhadap keputusan yang gue buat. Jadi gue pengen mereka tau dan memberi masukan.
Selain itu, gue juga pengen mengecek apakah ada hal-hal penting yang luput dari pertimbangan gue.
Nah terkadang, ketika kita ga menyampaikan semua informasi atau bahkan berbohong, bisa jadi karena kita takut orang lain menegur atas keputusan yang kita buat.
Itu bisa jadi tanda kalau keputusan lo itu buruk.
Jadi tiap kali lo ingin menyembunyikan pertimbangan lo, coba jadi skeptis dan cari tau apa alasan dibaliknya. Apa karena lo takut orang tau keputusan lo buruk dan menolak itu mentah-mentah, atau ada alasan lainnya?
4. Pilihan itu mengubur potensi dan masa depan lo
Apakah keputusan ini akan menghambat perkembangan diri lo?
Apakah keputusan ini akan membuat lo jauh dari tujuan?
Apakah keputusan ini akan membuat lo jadi minder dan tertekan?
Kalau jawabannya iya, maka itu bukan keputusan yang baik. Tapi kalau lo bisa menjawab "tidak" dengan tegas, maka lanjutkan aja. Berarti lo udah ada di pilihan yang tepat.
5. Ga merasa tenang dan cemas terus menerus
Sebenarnya gue belum sepenuhnya nyaman untuk mengikuti intuisi dan perasaan gue dalam membuat keputusan.
Tetapi ini bisa jadi indikator tambahan ketika lo mau menilai keputusan lo udah tepat atau belum.
Apakah lo merasa damai dan tenang dengan keputusan yang lo buat?
Atau justru keputusan tersebut bikin lo cemas dan lo merasa ada yang salah dengan itu?
Kalau perasaan lo ga enak, coba juga cari tau apa alasan dibaliknya. Biasanya itu akan membantu lo menemukan informasi baru yang selama ini ga ikut dipertimbangkan.
Semoga 5 tanda ini bisa bantu lo menyaring keputusan yang mau lo ambil.
Solusi Mencegah Keputusan yang Salah
Tetapi selain indikator ini, sebaiknya kita juga mengasah kemampuan pengambilan keputusan, karena ini adalah salah satu skill penting dalam hidup.
Segala hal yang kita capai dalam hidup adalah buah dari keputusan-keputusan yang kita buat tiap hari.
Gue menyarankan elo untuk belajar skill berpikir strategis karena kemampuan ini membantu lo untuk membuat keputusan yang bagus.
Bulan lalu, gue baru launching course Strategic Thinking Mastery.
Di course ini lo bisa belajar gimana membuat rumusan masalah, mengeksplor alternatif solusi, menentukan prioritas, mengkomunikasikan sampai mengevaluasi strategi.
Kurikulum lengkapnya bisa lo lihat di sini.
Kalau lo tertarik, silakan daftar atau baca informasi lebih lanjut di link berikut ini.
Interested to learn with me?
Ada beberapa cara untuk belajar lebih dalam sama gue, silakan pilih yang cocok sama kebutuhan lo
Speaking Engagement
40+ organisasi yang udah mengundang gue sebagai pembicara.
Gue sudah berpengalaman menjadi pembicara di berbagai topik tentang karir dan self development untuk workshops, sharing sessions atau panel discussions.
Self Paced Course
340+ orang yang udah join di course ini.
Belajar mandiri di mana saja dan kapan saja tentang topik project management, career planning dan strategic thinking.
Content of The Week
“Gen Z itu kalo dikritik ngeyel, banyak nuntut tapi kerja seenaknya sendiri.” Iya bisa jadi memang di realita ada yang begitu, tetapi banyak juga kok yang enak diajak kerja sama. Semoga 7 tips ini bisa membantu lo kerja lebih baik dengan Gen Z.
Setelah 9 tahun berkarir, gue menemukan 1 skill yang ternyata sangat berpengaruh dari seorang pemimpin. Kalau lo mau atau sedang menjalani kursi kepemimpinan, coba baca post ini dan tambahkan opini lo di kolom komentar.
Gak hanya dapat tekanan atasan, tetapi juga harus berhadapan dengan tuntutan bawahan. Belum lagi dituntut untuk tektokan sama partner alias manager di divisi lain. Gue share apa isi hati dan tantangan yang dihadapi para sandwich manager.
Ketika jadi manager pertama kali, gue mengira motivasi karyawan itu cukup dengan ngasi gaji tinggi, ngasi promosi, dan fleksibilitas di kerjaan. Gue mengabaikan cara mudah dan murah, tapi sangat efektif. Gue bahas di post ini.
Comments